Di malam yang menurut saya adalah malam yang berduka, setelah bertemu dengan tiga orang anak jalanan yang dua berumur kurang lebih 10 tahun dan yang satu kurang lebih berumur 7tahun. Mereka ingin membeli makan di sebuah restoran fast food ternama di Indonesia. Dengan berpakaian compang camping tanpa menggunakan sandal memberanikan diri untuk masuk dan memesan makanan. Sesampainya di depan kasir, ketika mereka berbincang bincang dengan kasir, tiba tiba mereka keluar dan membatalkan pesanan mereka. Saya pun tergerak hati untuk mencari tahu karena kebetulan saya baru saja menyantap makanan yang sudah dipesan. Dalam benak pikiran saya, muncul sebuah pertanyaan, mengapa mereka tiba tiba keluar dan membatalkan pesanannya. Sesaat kemudian saya memberanikan diri untuk bertanya. Betapa terkejutnya ketika saya tahu mereka hanya membawa uang Rp. 7.000, 00 padahal harga makanan yang ingin mereka beli berharga Rp. 20.000,00. Dan saya bertambah syok, ketika saya tahu mereka belum makan malam. Hati saya semakin merintih ketika dia ingin membeli makanan itu karena ingin mendapat hadiah topeng batman. Kebetulan dalam restoran tersebut sedang ada promo berhadiah topeng batman.Dalam benak saya, bingung, apa yang harus saya lakukan. Di satu sis, saya ingin membelikan mereka makanan itu, karena dua alasan, yang pertama mereka belum makan dan yang kedua jiwa keanak anakan masih kental, itu terlihat ketika ia ingin membeli makanan untuk mendapatkan hadiah topeng. Namun, di sisi lain, saya tidak dapat membelikan mereka makanan itu, karena malam itu uang saya sudah menipis. Saya menangis dalam hati saya,di saat saya bisa menikmati makanan yang cukup mahal tersebut, ada orang yang ingin membeli makanan tersebut namun keinginannya tidak tercukupi karena uangnya kurang. Dan betapa egoisnya saya, saya tidak memebelikannya, di saat saya sudah kenyang. Dan karena hati saya yang tidak tenang, lalu saya beranikan diri untuk memberi mereka sedekah, semoga sedekah yang tak ternilai tersebut berguna bagi mereka. Walau begitu, saya masih merasa berdosa karena tidak bisa menuruti keinginan meraka.
Rabu, 17 Desember 2008
Kamis, 11 Desember 2008
Doa Dunia
dingin mengigit kulitku,
menusuk jantungku,
kernyitan gigi begitu membahana,
begitukah dunia.....
begitu kejamnya,
sampai tak seorangpun mampu bercerita,
begitu jahanamkah bumi.....
sampai tak satupun mampu berdiri,
hai, Kau Penguasa Surgawi,
tidakkah Kau merasa nyeri,
melihat semut semut kecil-Mu ini,
yang selalu mengadu,
dan sering kali berseru,
hai, Kau Penguasa Surgawi,
bantulah kami,
turunlah ke bumi,
lindungi umat-Mu ini.
menusuk jantungku,
kernyitan gigi begitu membahana,
begitukah dunia.....
begitu kejamnya,
sampai tak seorangpun mampu bercerita,
begitu jahanamkah bumi.....
sampai tak satupun mampu berdiri,
hai, Kau Penguasa Surgawi,
tidakkah Kau merasa nyeri,
melihat semut semut kecil-Mu ini,
yang selalu mengadu,
dan sering kali berseru,
hai, Kau Penguasa Surgawi,
bantulah kami,
turunlah ke bumi,
lindungi umat-Mu ini.
Yogyakarta, 9 Desember 2008
Albert Priyatama
Albert Priyatama
Mimpi
Ketika kaki melangkah,
jangkahannya ikut bertambah,
nafasnyapun ikut terengah engah,
mimpi layaknya sampah,
berterbangan di atas tampah,
namun,
tak satupun yang terbuang,
tertimbun di tempat beruang.
jangkahannya ikut bertambah,
nafasnyapun ikut terengah engah,
mimpi layaknya sampah,
berterbangan di atas tampah,
namun,
tak satupun yang terbuang,
tertimbun di tempat beruang.
Yogyakarta, 9 Desember 2008
Albert Adi Priyatama
Albert Adi Priyatama
Deritaku dan Deritanya
Rintihan tangis menggertak telingaku,
suaranya tak begitu merdu,
menderu.....bak laut Arafuru,
namun.....
tak satupun tertegun,
merasakan isak tangisku,
yang begitu berlagu.
suaranya tak begitu merdu,
menderu.....bak laut Arafuru,
namun.....
tak satupun tertegun,
merasakan isak tangisku,
yang begitu berlagu.
Yogyakarta, 3 Desember 2008
Albert Adi Priyatama
Albert Adi Priyatama
Sebuah Dunia
Dunia tanpa mata,
namun penuh dengan kata kata,
tak satupun orang melata,
walau terkadang berjalan bak kereta,
Dunia tanpa sinar,
untuk orang yang tak pernah berinar binar,
walau matahari selalu terbuka lebar,
menyiangi mereka yang jatuh terkapar,
Dunia tanpa koma,
dan selalu bergema,
suaranya terngiang dimana mana,
untuk memanggil masuk kedalamnya.
namun penuh dengan kata kata,
tak satupun orang melata,
walau terkadang berjalan bak kereta,
Dunia tanpa sinar,
untuk orang yang tak pernah berinar binar,
walau matahari selalu terbuka lebar,
menyiangi mereka yang jatuh terkapar,
Dunia tanpa koma,
dan selalu bergema,
suaranya terngiang dimana mana,
untuk memanggil masuk kedalamnya.
Yogyakarta, 29 November 2008
Albert Adi Priyatama
Albert Adi Priyatama
Kosong
Hampa,
Kedap udara.
Tak bersuara,
Tak bernada,
diam,
kelam,
wassalam.
Kedap udara.
Tak bersuara,
Tak bernada,
diam,
kelam,
wassalam.
Yogyakarta, 25 November 2008
Albert Adi Priyatama
Albert Adi Priyatama
Hari Selasa
Hujan di siang bolong.
pandanganpun ikut menjadi kosong,
ketika otak melompong,
tak seorangpun mau ngomong,
hujan di siang bolong,
sepi tak ada kepompong,
yang selalu menemani pak ompong,
berkeliling berjualan lontong,
hujan di siang bolong,
dunia terasa kosong,
seperti kantong yang bolong,
karena hujan di siang bolong.
pandanganpun ikut menjadi kosong,
ketika otak melompong,
tak seorangpun mau ngomong,
hujan di siang bolong,
sepi tak ada kepompong,
yang selalu menemani pak ompong,
berkeliling berjualan lontong,
hujan di siang bolong,
dunia terasa kosong,
seperti kantong yang bolong,
karena hujan di siang bolong.
Yogyakarta, 25 November 2008
Albert Adi Priyatama
Albert Adi Priyatama
Esok
Kertas putih terpampang di wajah galih,
sungguh letih untuk menjadi pulih,
karena galih berlari hingga tertaih tatih,
namun cangkir putih yang nanti,
akan diraih,
walau hati harus terasa perih.
sungguh letih untuk menjadi pulih,
karena galih berlari hingga tertaih tatih,
namun cangkir putih yang nanti,
akan diraih,
walau hati harus terasa perih.
Yogyakarta, 25 November 2008
Albert Adi Priyatama
Albert Adi Priyatama
AKSI
Rubah yang bedebah.
musnah yang harus punah,
bunuh yang bersikukuh.
lumpuh yang bertumbuh.
enyahlah.....segalanya,
yang menganga di depan mata,
tutup,
katup,
dan.....salut
musnah yang harus punah,
bunuh yang bersikukuh.
lumpuh yang bertumbuh.
enyahlah.....segalanya,
yang menganga di depan mata,
tutup,
katup,
dan.....salut
Yogyakarta, 23 November 2008
Albertus Adi Priyatama
Albertus Adi Priyatama
Kini
Mendung menyelimuti dahiku,
begitu kelabu.....dan terpaku,
suara jeritan di hatiku,
mendengung,menusuk telingaku,
bingungku,
takutku,
resahku,
semua menjadi satu,
tak tahu,
gertakku.
begitu kelabu.....dan terpaku,
suara jeritan di hatiku,
mendengung,menusuk telingaku,
bingungku,
takutku,
resahku,
semua menjadi satu,
tak tahu,
gertakku.
Yogyakarta, 23 November 2008
Albertus Adi Priyatama
Jumat, 21 November 2008
today will be a busy day
today i'll have a weekend...with my friends in my faculty!!!it'll be a busy day cause i'm a commitee of this activity!!!Ganjuran is one of the place that will be visited...and the other is beach...
Depok Beach will be a memorable place that i'll have ever been...
so let see...
woke up very late
i don't know why...today is a lazy day for me...
it has been for a long time sice i 'm here!!!
now time in make a new page...for anything!!!
My First Hand Writing...
It's nice to be here...
my new world...
my new space,,,
i hope it'll help me in achieving my goals!!!
my new world...
my new space,,,
i hope it'll help me in achieving my goals!!!
Langganan:
Postingan (Atom)